Minggu, 05 Mei 2013

Evaluasi Belajar dan Pembelajaran


Kelompok 10
Eka Cahya Nenggar    A1B110228
Nordin
                        A1B110207
Raudatul Janah
          A1B110255
Siswanto Adi Saputro A1B110233



Evaluasi Belajar dan Pembelajaran



A.      Pengertian dan Prinsip Umum Evaluasi
Secara umum pengertian evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.
Secara umum suatu proses evaluasi dalam pendidikan dapat dikatakan terlaksana secara baik apabila memegang pada prinsip-prinsip dalam melakukan evaluasi, antara lain :
1.        Berprinsip keseluruhan
Dalam evaluasi seharusnya evaluasi tersebut dilaksanakan secara keseluruhan yaitu menyeluruh kesemua bagian. Sehingga evaluasi dapat dikatakan baik karena semua pihak yang dievaluasi dapat melaksanakannya semua. Dengan kata lain evaluasi hasil belajar harus dapat mencangkup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. Dengan demikian evaluasi hasil belajar dapat mengungkap aspek proses berpikir, bersikap, dan bertindak.
2.        Berprinsip kesinambungan
Prinsip ini biasanya dikenal dengan prinsip kontinuitas, yang dimaksudkan di sini adalah sebagai suatu evaluasi dapat dikatakan menjadi baik jika evaluasi itu dilakukan secara sambung menyambung dan dilakukan dari waktu ke waktu.
3.        Berprinsip obyektivitas
Prinsip obyektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari fakto-faktor yang bersifat subyektif.
Maka dalam melaksanakan evaluasi sebaiknya senantiasa berpikir dan bertindak secara wajar, menurut keadaan yang senyatanya tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif. 

B. Tujuan Evaluasi
1. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Dari pengertian evaluasi pembelajaran kita dapat mengetahui bahwa tujuan utama dari evaluasi pembelajaran adalah sejumlah informasi atau data tentang jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran.
2. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar
Dari pengertian evaluasi kita dapat mengetahui bahwa evaluasi hasi belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa mellaui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat menengarai tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. 

C.      Syarat-Syarat Umum Evaluasi
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan terurai berikut ini.
1.        Kesahihan
Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
2.        Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrumen evaluasi mampu memebrikan hasil yang tepat (Arikunto, 1990: 81).
3.        Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada isntrumen evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasikan atau memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya.

D.      Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
1.        Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi:
a.       Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b.      Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
c.       Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
d.      Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
e.       Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.
2.        Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :
a.       Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan.
b.      Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c.       Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
d.      Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
e.       Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
3.        Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:
a.       Evaluasi program pembelajaran
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-aspek program pembelajaran yang lain.
b.      Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c.       Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4.        Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
Berdasarkan objek :
a.       Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
b.      Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.
c.       Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
Berdasarkan subjek:
a.       Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
b.      Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat. 

E.        Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan system.
1.      Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini disekolah yang ditunjukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik.
2.      Pendekatan Sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan.
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini sering juga disebut penilaian norma absolut. Jika ingin menggunakan pendekatan ini, berarti guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan oleh guru.
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya. Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat relatif.

Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Selasa, 19 Maret 2013

Tanggapan Atas Pertanyaan Kelompok III


Motif objektif menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi itu lebih mengeksplorasi diri terhadap objek secara utuh. Contoh: mengeksplorasi diri dalam bidang seni, berarti dia haru melakukan hal yang berhubungan dengan seni, seperti membuat karya seni.

Motif objektif menyangkut kebutuhan untuk melakukan manipulasi merupakan meniru gaya orang lain. Contoh: menyesuaikan kepribadian dari orang yang meniru dengan mencocokan konsep yang dimiliki, seperti dia mengagumi seseorang yang selalu berpenampilan feminim, karena dia jua selalu tampil feminim.

Motif objektif menyangkut kebutuhan untuk menaruh minat itu mendorong diri sendiri agar bisa menguasai sesuatu (objek). Contoh (dalam bidang seni): mendorong diri sendiri agar bisa menguasai seni, mempelajari, dan membuat karya seni tersebut.

Hubungan motivasi dan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar sangat berkaitan. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Sehingga, dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan motivasi. Hubungan tersebut bisa terjadi secara timbal balik. Misalnya di awal kegiatan belajar mengajar, guru memberikan motivasi untuk memicu semangat belajar. 

Motivasi yang akan diberikan kepada siswa agar dapat mendorong siswa tersebut menjadi siswa yang bisa belajar dengan baik ketika proses pembelajaran bisa dengan menceritakan tentang orang-orang terdahulu yang sukses dan sulitnya mencapai sebuah kesuksesan, sehingga dapat menimbulkan kesadaran yang tinggi serta dapat membuat sebuah semangat untuk siswa. 

Perilaku manusia terpengaruh oleh 3 (tiga) komponen yaitu:
a.     Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap, dan emosi. Contohnya: dorongan sikap membantu sesama bagi yang membutuhkan.
b.        Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Contohnya: pengetahuan orang yang berpendidikan rendah berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan tinggi.
c.  Komponen konotatif adalah terkait dengan kemampuan dan kebiasaan bertindak. Contohnya: kemampuan yang dimiliki oleh seorang penyanyi cenderung bagus dalam menyanyi karena memang kebiasaannya.

Cara memberikan motivasi yang sesuai dengan aktivitas dapat dengan delapan Langkah memotivasi belajar siswa:
1.        Pujian Verbal
2.        Poin Kelompok
3.        Umumkan di Kelas
4.        Menulis Komentar Positif
5.        Pemilihan Murid Berprestasi
6.        Stiker dan Stempel
7.        Grafik Prestasi
8.        Tulis Nama Siswa di Papan Tulis

Insting merupakan kebutuhan jasmani. Contohnya memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan meemlihara keturunan.
'Motif' dengan 'motivasi' itu hampir sama, hanya bedanya kalau motif itu upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kemudian kalau motivasi itu adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Jadi pada intinya sama-sama mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapainya. Jadi 3 jenis motivasi menurut Woodworth dan Marquis adalah sama maksudnya dengan motif.
Motivasi ekstrinsik bisa mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif karena motivasi ekstrinsik ini adalah motivasi dari dorongan diri sendiri untuk menjadi aktif dan suatu keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri, kemudian karena adanya motivasi intrinsik ini siswa akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi intrinsik ini cukup memperngaruhi siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif. Kemudian kalau ditanya seberapa pentingnya motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar untuk siswa, menurut kami cukup penting karena motivasi ekstrinsik adalah moti-motif yang aktif dan fungsinya kerena adanya perangsangan dari luar. Jadi motivasi ekstrinsik ini cukup penting dalam kegiatan belajar mengajar guna untuk memotivasi aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang mungkin tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar namun dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebabkemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Sebagai calon pendidik jika kasusnya seperti itu lebih memeroleh prestasi diluar kelas dari pada didalam kelas, sederhana saja jawabanya, kalau memang dia lebih berprestasi diluar kelas, kita sebagai calon pendidik hanya bisa memberi motivasi kepada anak didik kita dan jika prestasi yang diperoleh dalam hal positif. Sebagai calon guru tidak hanya bisa memotivasi anak didiknya didalam kelas, diluar kelas saja boleh-boleh saja memberikan motivasi kepada anak didinya. Kemudian cara kita sebagai calon pendidik untuk memberikan motivasi antara pembelajaran yang ada dikelas dengan prestasi yang mereka peroleh dari luar kelas agar keduanya bisa seimbang adalah dengan cara yang mungkin bisa diterimanya dengan baik seperti memberikan motivasi belajar didalam kelas agar peserta didik tidak sepenuhnya berprestasi diluar saja, dan memberikan dorongan yang dapat membuat peserta didik untuk bisa termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Prestasi didalam kelas pun perlu didapat. Ada saatnya kita mempunyai prestasi diluar mungkin dengan kemampuan dari diri sendiri namun prestasi didalam kelas juga harus dapat diperoleh karena dengan adanya motivasi dari pendidik.

Agar kita selalu termotivasi dalam pembelajaran adalah adanya dorongan yang bisa membuat kita termotivasi untuk belajar seperti dalam bentuk motivasi belajar yaitu pemberiah hadiah misalnya, nah dari situ mungkin kita akan termotivasi untuk belajar agar mendapatkan hadiah tersebut. Itulah salah satu menurut kami agar selalu termotivasi dalam pembelajaran karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Seorang yang mempunyai kekurangan ( penyandang autis) masih mempunyai motivasi yang kuat dalam proses belajar, karena seperti yang kita ketahui adanya sekolahan yang didirikan khusus untuk anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis),di sekolahan tersebut merekan diberikan sebuah motivasi untuk belajar sehingga anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis) juga bisa mempunyai motivasi karena selalu diberi dorongan terus menerus untuk selalu belajar. Kemudian kalau dalam lingkungan sering mendapatkan ejekan dari teman sebaya maupun masyarakat anggap saja sebagai motivasi dia untuk bergaul dengan yang lain, karena setahu kami anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis) mereka tidak menghiraukan entah itu ejekan atau hal buruk lainnya yang dilontar kepada dirinya dirinya, yang dia tau mungkin ketika ada teman sebayanya yang mengejeknya dia hanya tertawa dan mungkin juga bisa tersenyum manis. Jadi pada intinya anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis) juga mempunya motivasi jika selalu mendapat dorongan yang kuat untuk membuat dia bisa belajar seperti halnya anak yang normal lainya serta motivasi yang tepat buat anak yang mempunyai kekurangan atau ABK (anak berkebutuhan khusus) adalah motivasi yang menyalurkan bakat dan minat dimiliki oleh anak yang berkebutuhan khusus.

Seperti yang terlah dijelaskan bahwa motif bawaan adalah motif dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat sedangkan motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya kemudian jika ditanya ada seorang pemuda yang sangat membutuhkan uang, kemudian dia termotivasi untuk mencuri termasuk motivasi apa?. Menerut kami motivasi yang dipelajari, karena motivasi yang dipelajari ini adalah motivasi yang dirangsang dari luar sehingga banyak motivasi yang diluar dari motivasi bawa yang tidak diketahui.