Selasa, 19 Maret 2013

Tanggapan Atas Pertanyaan Kelompok III


Motif objektif menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi itu lebih mengeksplorasi diri terhadap objek secara utuh. Contoh: mengeksplorasi diri dalam bidang seni, berarti dia haru melakukan hal yang berhubungan dengan seni, seperti membuat karya seni.

Motif objektif menyangkut kebutuhan untuk melakukan manipulasi merupakan meniru gaya orang lain. Contoh: menyesuaikan kepribadian dari orang yang meniru dengan mencocokan konsep yang dimiliki, seperti dia mengagumi seseorang yang selalu berpenampilan feminim, karena dia jua selalu tampil feminim.

Motif objektif menyangkut kebutuhan untuk menaruh minat itu mendorong diri sendiri agar bisa menguasai sesuatu (objek). Contoh (dalam bidang seni): mendorong diri sendiri agar bisa menguasai seni, mempelajari, dan membuat karya seni tersebut.

Hubungan motivasi dan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar sangat berkaitan. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Sehingga, dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan motivasi. Hubungan tersebut bisa terjadi secara timbal balik. Misalnya di awal kegiatan belajar mengajar, guru memberikan motivasi untuk memicu semangat belajar. 

Motivasi yang akan diberikan kepada siswa agar dapat mendorong siswa tersebut menjadi siswa yang bisa belajar dengan baik ketika proses pembelajaran bisa dengan menceritakan tentang orang-orang terdahulu yang sukses dan sulitnya mencapai sebuah kesuksesan, sehingga dapat menimbulkan kesadaran yang tinggi serta dapat membuat sebuah semangat untuk siswa. 

Perilaku manusia terpengaruh oleh 3 (tiga) komponen yaitu:
a.     Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap, dan emosi. Contohnya: dorongan sikap membantu sesama bagi yang membutuhkan.
b.        Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Contohnya: pengetahuan orang yang berpendidikan rendah berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan tinggi.
c.  Komponen konotatif adalah terkait dengan kemampuan dan kebiasaan bertindak. Contohnya: kemampuan yang dimiliki oleh seorang penyanyi cenderung bagus dalam menyanyi karena memang kebiasaannya.

Cara memberikan motivasi yang sesuai dengan aktivitas dapat dengan delapan Langkah memotivasi belajar siswa:
1.        Pujian Verbal
2.        Poin Kelompok
3.        Umumkan di Kelas
4.        Menulis Komentar Positif
5.        Pemilihan Murid Berprestasi
6.        Stiker dan Stempel
7.        Grafik Prestasi
8.        Tulis Nama Siswa di Papan Tulis

Insting merupakan kebutuhan jasmani. Contohnya memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan meemlihara keturunan.
'Motif' dengan 'motivasi' itu hampir sama, hanya bedanya kalau motif itu upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kemudian kalau motivasi itu adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Jadi pada intinya sama-sama mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapainya. Jadi 3 jenis motivasi menurut Woodworth dan Marquis adalah sama maksudnya dengan motif.
Motivasi ekstrinsik bisa mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif karena motivasi ekstrinsik ini adalah motivasi dari dorongan diri sendiri untuk menjadi aktif dan suatu keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri, kemudian karena adanya motivasi intrinsik ini siswa akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi intrinsik ini cukup memperngaruhi siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif. Kemudian kalau ditanya seberapa pentingnya motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar untuk siswa, menurut kami cukup penting karena motivasi ekstrinsik adalah moti-motif yang aktif dan fungsinya kerena adanya perangsangan dari luar. Jadi motivasi ekstrinsik ini cukup penting dalam kegiatan belajar mengajar guna untuk memotivasi aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang mungkin tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar namun dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebabkemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Sebagai calon pendidik jika kasusnya seperti itu lebih memeroleh prestasi diluar kelas dari pada didalam kelas, sederhana saja jawabanya, kalau memang dia lebih berprestasi diluar kelas, kita sebagai calon pendidik hanya bisa memberi motivasi kepada anak didik kita dan jika prestasi yang diperoleh dalam hal positif. Sebagai calon guru tidak hanya bisa memotivasi anak didiknya didalam kelas, diluar kelas saja boleh-boleh saja memberikan motivasi kepada anak didinya. Kemudian cara kita sebagai calon pendidik untuk memberikan motivasi antara pembelajaran yang ada dikelas dengan prestasi yang mereka peroleh dari luar kelas agar keduanya bisa seimbang adalah dengan cara yang mungkin bisa diterimanya dengan baik seperti memberikan motivasi belajar didalam kelas agar peserta didik tidak sepenuhnya berprestasi diluar saja, dan memberikan dorongan yang dapat membuat peserta didik untuk bisa termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Prestasi didalam kelas pun perlu didapat. Ada saatnya kita mempunyai prestasi diluar mungkin dengan kemampuan dari diri sendiri namun prestasi didalam kelas juga harus dapat diperoleh karena dengan adanya motivasi dari pendidik.

Agar kita selalu termotivasi dalam pembelajaran adalah adanya dorongan yang bisa membuat kita termotivasi untuk belajar seperti dalam bentuk motivasi belajar yaitu pemberiah hadiah misalnya, nah dari situ mungkin kita akan termotivasi untuk belajar agar mendapatkan hadiah tersebut. Itulah salah satu menurut kami agar selalu termotivasi dalam pembelajaran karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Seorang yang mempunyai kekurangan ( penyandang autis) masih mempunyai motivasi yang kuat dalam proses belajar, karena seperti yang kita ketahui adanya sekolahan yang didirikan khusus untuk anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis),di sekolahan tersebut merekan diberikan sebuah motivasi untuk belajar sehingga anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis) juga bisa mempunyai motivasi karena selalu diberi dorongan terus menerus untuk selalu belajar. Kemudian kalau dalam lingkungan sering mendapatkan ejekan dari teman sebaya maupun masyarakat anggap saja sebagai motivasi dia untuk bergaul dengan yang lain, karena setahu kami anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis) mereka tidak menghiraukan entah itu ejekan atau hal buruk lainnya yang dilontar kepada dirinya dirinya, yang dia tau mungkin ketika ada teman sebayanya yang mengejeknya dia hanya tertawa dan mungkin juga bisa tersenyum manis. Jadi pada intinya anak yang mempunyai kekurangan (penyandang autis) juga mempunya motivasi jika selalu mendapat dorongan yang kuat untuk membuat dia bisa belajar seperti halnya anak yang normal lainya serta motivasi yang tepat buat anak yang mempunyai kekurangan atau ABK (anak berkebutuhan khusus) adalah motivasi yang menyalurkan bakat dan minat dimiliki oleh anak yang berkebutuhan khusus.

Seperti yang terlah dijelaskan bahwa motif bawaan adalah motif dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat sedangkan motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya kemudian jika ditanya ada seorang pemuda yang sangat membutuhkan uang, kemudian dia termotivasi untuk mencuri termasuk motivasi apa?. Menerut kami motivasi yang dipelajari, karena motivasi yang dipelajari ini adalah motivasi yang dirangsang dari luar sehingga banyak motivasi yang diluar dari motivasi bawa yang tidak diketahui.

Senin, 11 Maret 2013

Tugas Jawaban dari Blog Kelompok 2


Tujuan Pendidikan dan Pengajaran sebagai Dasar Motivasi 

TUP/TIU dan TKP/TIK. Rumusan tersebut dalam konteks pendidikan saat ini adalah yang berupa silabus dan RPP. TUP/TIU dimaksudkan adalah SK-KD yang terdapat pada Silabus dan RPP. TKP/TIK adalah indikator.
Contoh:
SK:      Menulis
            4. Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi

KD:     4.1 Menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar

Indikator:
·           Siswa mampu menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar
·           Siswa mampu mendeskripsikan buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar

Maksud dari tujuan dan hasil akhir sebagai dasar filosofis merupakan tujuan itu sendiri yang ditetapkan sebagai peraturan atau undang-undang pendidikan. Tujuan dan sistem pendidikan nasional Indonesia secara umum, yakni Pendidikan Nasional Pancasila. Misalnya lembaga pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Maksudnya untuk memberikan gambaran secara umum tentang kualitas manusia yang dicita-citakan, sebagai hasil pengalaman edukatifnya pada lembaga tersebut.
Tujuan Intermedier sebagai motivasi operasional merupakan tujuan dari sebuah pedoman. Pedoman atau tujuan untuk mencapai terbentuknya manusia-manusia yang mampu menemukan jati dirinya. Pedoman itu berupa kurikulum yang kemudian dibuat berbagai pedoman khusus. Contoh: Silabus dan RPP.

Gambaran mengenai suatu peristiwa yang terikat pada tujuan dalam proses kegiatan belajar mengajar, seperti membuat Silabus dan RPP merupakan perencanaan pembelajaran yang hendak dicapai perlu tujuan secara terikat.

Tujuan akhir yang bersifat politis merupakan tujuan yang berhubungan dengan Lembaga Pendidikan tentang pembuatan Undang-Undang Pendidikan Nasional.

Ketika anak didik tidak bisa memahami sama sekali disaat guru mengajar, guru dapat  menanyakan kepada siswa tersebut apakah cara guru memberi materi sudah dapat sepenuhnya diterima oleh siswa. Guru juga perlu mengetahui hasil belajar siswa dengan memberikan sedikit evaluasi agar guru dapat mengetahui hasil belajarnya. Jika guru dalam melakukan evaluasi siswa mendapat nilai yang kurang maksimal, guru harus instrospeksi diri dari cara mengajar yang kurang efektif atau kurangnya komunikasi terhadap siswa. Guru juga harus mengetahui model pembelajaran apa yang disenangi murid, sehingga mereka bisa menerima pembelajaran dari guru dengan baik dan satu hal lagi guru harus bisa mengolah suasana di kelas agar tidak membosankan dan bisa membuat murid menjadi senang. Jika hal tersebut sudah dilakukan seorang guru, namun masih ada masalah pribadi terhadap anak didik, guru juga bisa memberi sedikit pendekatan terhadap anak didik tersebut serta meminta murid untuk konsultasi mengapa tidak bisa menerima pelajaran dengan baik dari situ mungkin guru akan bisa  mengerti mengapa murid susah untuk memahami pelajaran yang guru berikan.
Apabila seorang guru sudah memberikan pengajaran atau pengarahan yang baik kepada anak didiknya namun ada beberapa anak didiknya yang tidak memahami dan selalu membuat keonaran, hal yang pertama guru lakukan adalah tegas terhadap siswa yang nakal, jangan sampai seorang guru tidak dihargai sama sekali oleh murid tersebut. Dalam proses pembelajaran ada sebagian siswa yang belum paham dengan pembelajaran yang diberikan seorang guru, mungkin yang harus dilakukan seorang guru adalah kembali kepada si gurunya tersebut apakah sudah maksimal dalam proses belajar mengajar, serta model pengajaran yang diberikan apakah sudah sesuai dengan tingkat kemampuan siswanya. Jika hal tesebut yang membuat sebagian siswa tidak mampu menerima pengajaran dengan baik, seorang guru harus merubah gaya dia belajar agar siswanya bias menerima penganjan dengan efektif.